Halaman

Sabtu, Februari 27, 2010

Paling Nekat!!


18 Februari 2010 - Kamis
Saatnya Bolang!!
Rencana menelusuri tempat yang belum saya singgahi pun terlakasana. Hihi… Walapun saya orang yang lahir di Bogor dan selama 19 tahun saya hidup di Bogor. Masiih.. banyak tempat yang belum saya jelajahi, ternyata banyak tempat bagus untuk dijelajahi di Bogor. Banyak tempat yang masuh perawan yang belum di perkosa para manusia2. Hahahha. Akhirnya salah satu teman saya Indah bisa menemani saya nge-bolang ala jejak petualang. Hahaha. Cuma bermodalkan motor Kharisma yang selalu menemani saya kemanapun saya pergi dan berbekal jas hujan, payung, jaket, dan ransel berisi kamera, lensa, dompet, dan makanan kecil.
Rasanya mata ini malas sekali untuk bangun pagi, seperti biasa saya hanya sanggup bangun jam 6 pagi. Hoaaaahhhhmmmm… Langsung saya mengambil air wudlu dan bersegera mandi pagi, siap-siap berangkat menuju daerah Leuwiliang. Daerah kabupaten Bogor yang masih segar dan alami. Saya nyamper dulu ke rumah Indah, lalu kita pun berangkat menuju Leuwiliang lewat start Kampus Dramaga selanjutnya kita melewati Kampung Cinangneng, Kawasan wisata Salak Endah, Goa Gudawang, Prasasti Ciaruteun, Curug Cigamea. Sampai akhirnya kita pun masuk menuju arah Gn. Pongkor, perjalanan yang jauuuuuuuhhhhhhhh sekali, rasanya ingin ada yang memboncengi. Hihihihi… (Ngarep banget!).
Sepanjang perjalanan lumayan sepi, sedikit kendaraan, namun suasana cukup sejuk seperti di Puncak. Bedanya di daerah ini lebih alami, polusi masih sedikit, dan cukup sepi. Perjalanan seperti mendaki gunung, lewati lembah, sungai mengalir indah sepanjang pinggir jalan, dan sawah terhampar indah bagaikan permadani. Subhanallah… Sepanjang jalan pun masih menemui tanah seperti longsor, seperti dikeruk, lalu ada peternakan. Bener2 desa banget! Akhirnya sampai di daerah yang namanya Gn Pongkor, di sini adalah tepat penambangan emas yang dibangun pada jaman Pak Soeharto. Namun, dikelola oleh PT. ANTAM yang membuat kita yang tadinya ingin masuk tetapi kudu pake prosedur bla..bla..yang bikin riweuh! Mengecewakan!.
Kita pun kembali ke arah balik, dan siap menuju daerah yang disebut Desa Malasari. Kata Pembina saya Kang Jef, desa ini seperti suasana di jepang, mirip2 dengan puncak suasananya namun masih perawan. Nekat nian saya ini ke sana, sampai sebelum melanjutkan perjalanan kita makan baso dan tampaknya tukang baso terkejut dua wanita mau ke Malasari sampai tukang baso bilang “ Kalo mau ke sana mesti bawa temen laki, jalannya curam siy, tapi hati2 ajah neng!”. Ternyata perkataannya benar, tak sanggup saya dengan cuaca yang mendung dan berkabut. Jalan yang meliuk2 seperti ular mengharuskan saya membunyikan bel motor, takutnya ada kendaraan lain yang berlawanan arah datang. Kita piker jalanan akan mulus teraspal ternyata kita menemui jalan tanjakan yang aspalnya sudah rusak, dan bila tidak hati-hati akan jatuh. Saya pn hampir saja motor turu kembali karena tidak kuat. Medan yang cukup sulit dilalui oleh 2 wanita nekat,daripada kemalaman kita memutuskan untuk turun kembali. Saat berada di antara hutan pinus, cuaca mendung, kabut tipis pun mulai turun perlahan menutupi penglihatan, kita pun cepat2 mengenakan jas ujan agar aman.
Keputusan ini pun kita ambil agar tidak pulang terlalu larut, berhubung bensin mulai habis. Kembali melewati turunan yang berbatu, akhirnya kita menuntun motor sampai di jalan yang teraspal rata. Sepanjang jalan orang2 lewat begitu saja, tanpa ada yang bertanya, ternyata masyarakat desanya cukup cuek. Sebelumnya kita mengabadikan foto dulu untuk dijadikan dokumentasi visual. Hehehe.. Bener2 suasana diantara pohon pinus cukup mencekam. Hoho.. Akhirnya kita pun sampai di daratan manusia yang penuh dengan hiruk pikuk dan polusi. Hahahha…

1 komentar:

lovelybutterfly mengatakan...

hahai...nekat abis,,sumpah...