Halaman

Rabu, September 15, 2010

Cerpen Pribadi

PILIHANKU
*Riska Hasnawaty*

Ternyata Aku berjodoh dengan kampus Diploma 3 IPB dan termasuk dalam mahasiswi jurusan komunikasi. Begitu banyak pilihan untuk ikut berorganisasi dan aktif di kampus ini. Pilihanku tertuju pada sebuah kelompok yang senangnya mengabadikan sebuah momen, membuat gambar menjadi sesuatu yang enak dipandang. Yup, OBSCURA adalah sebuah kelompok pecinta fotografi yang ada di kampus D3 IPB. Itulah pilihanku! Saat ospek berlangsung Aku mengunjungi sebuah tenda hitam yang terpisah dari stand yang ditetapkan BEM.
***
“Eh, boy.. kita liat tenda yang ada di ujung sana yuk!?” Ujarku pada teman-teman yang lain ketika istirahat sedang berlangsung.
“ Emang ada apa sih boy?” Ujar salah satu temanku.
“Udah ah, yuk kita ke sana! Sepertinya ada pameran foto atau itu sebuah klub foto yang ada di kampus ini? Hayuk ah!”. Jawabku sambil menarik beberapa tangan temanku.
Tepat dugaanku, memang di sana sedang berlangsung pameran foto. Terlihat ada beberapa foto yang dipajang di luar. Ketika itu Aku dan beberapa temanku memasuki sebuat tenda yang dibuat seperti lorong yang menarik. Di samping kiri – kanannya tergantung figura foto yang berisi gambar-gambar indah dan sedap dipandang. Lalu, selama memasuki lorong tenda tersebut dikenakan karpet merah dan sisi-sisinya dihias dengan pasir pantai dan lampu-lampu sorot dan beberapa hiasan kehidupan laut yang disebar. Seolah seperti di pantai saja suasananya.
“Waahh, bagus ya!?” Aku pun berdecak kagum dan norak. Lalu kakak-kakaknya mengantar kami melihat foto-foto tersebut sambil bercuap-cuap. Memang Aku tak terlalu mendengarkan apa yang mereka katakan. Pikiran dan titik fokusku pun terbelalak melotototi figura-figura tersebut dengan terkagum-kagum. Tak terasa sampai juga dipenghujung lorong. Habis sudah imajinasiku di dalam lorong tersebut, ternyata masih ada foto-foto yang dicetak 4R yang tertempel di papan persegi panjang.
“Ayo dilihat-lihat dulu pameran, barangkali berminat gabung dengan kami!” Ujar salah satu kakak-kakaknya. Kakak-kakak itu terlihat bersemangat mempromosikan kelompoknya. Kakak yang satu bertubuh gemuk dan bermata sipit. Kakak yang kedua bertubuh kurus dengan jidat yang jenong seperti hamparan lapangan bola. Saat itu memang, Aku sudah memilik sebuah kamera DSLR dan membawanya pada saat ospek berlangsung. Tiba-tiba kakak yang bertubuh gemuk berceletuk “Nah, tuh udah ada yang punya kamera! Udah meningan gabung ajah dengan kita!”. Aku hanya membalas dengan sebuah senyuman kebahagian penuh semangat.
***
Aku pun berkutat di depan laptop dan melihat hasil foto-foto sembarangku. Sekedar iseng dan melepas rindu saat ospek yang sudah satu tahun berlalu. Nah, ada foto si kakak bertubuh kurus dan kepala jenong. “Oh God! Ternyata Aku pernah berfoto bersamanya! Hahahah… Norak amat!”. Tak menyangka kakak tersebut rumahnya dekat dengan daerah rumahku. Kita pun suka berpetualang dengannya. Maksudnya Aku dan temanku suka diajak dia dan kita pun mau saja diajak. Lagipula daripada bengong di rumah. Sering kali diajak ke Jakarta (Manggarai) tempat dia PKL.
Bunyi dering hapeku yang membangunkanku dari tidur siang di Jum’at yang panas.
“Mes, besok mau ikut gak ke Jakarta (Manggarai)?”
“Oh, mang mau ngapain ka? Ada apa?”
“Ada workhshop kamera lubang jarum! Butuh 5 orang lagi untuk hadir di sana! Ajakin yang lain juga tapi 2 orang lagi ajah ya?”
“Owh, Okeh ka! Iah, ikut deh! Ntar saya ajakin anak-anak lain yang pada bisa dan mau! Btw, besok jam berapa ka?”
“Okeh, besok jam 6 di stasiun ya? Oia, si Bebek dan Mike udah mau dan bisa. Tinggal satu orang lagi di ajak!”
Langsung Aku pun menghubungi Ugie, termasuk anggota Obscura juga. Dia pun mau dan bersedia ikut. Aku pun berbicara dengan Ibuku bahwa besok Aku bersama teman-teman akan pergi ke Manggarai untuk ikut workshop Kamera Lubang Jarum. Malamnya Aku merapihkan meja belajar yang sudah tak berbentuk wujudnya. Tergeletak di lantai dekat meja belajar sebuah buku kecil dengan cover hitam yang berjudul “Memotret dengan Kamera Lubang Jarum” karya Ray Bachtiar Drajat.
Buku tersebut mengingatkanku pada beberapa waktu lalu. Aku dan Ugie pergi ke stasiun Depok UI untuk mencari buku. Aku memang senang mencari buku-buku yang mungkin sudah tidak beredar lagi di Toko Buku. Iseng-iseng berhadiah Aku melihat buku “Memotret dengan Kamera Lubang Jarum” diantara tumpukan buku yang penuh debu. Lantas Aku pun terkejut dengan penuh rasa bahagia, langsung Aku mengambil buku tersebut dan membelinya. Hanya sekitar 8 ribu saja, padahal masih tercantum harga label aslinya Rp. 16.500,-. Maklum, buku bekas jadi murah! Inilah hal yang saya sukai.
Teringat kembali dengan sms dengan ka Rido, kakak yang berada di tenda pameran yang bertubuh kurus dan jenong. Sms yang isinya “Ada workhshop kamera lubang jarum! Butuh 5 orang untuk hadir di sana! Ajakin yang lain juga tapi 2 orang lagi ajah ya?”. Kata-kata “Kamera Lubang Jarum-nya” itu loh yang mengingatkanku dengan buku dan ajakan ka Rido. Lalu, teringat kembali dengan sebuah impianku dan harus terwujud. Amin. Pikiranku pun sudah tak fokus lagi untuk merapikan meja belajar. Sekarang yang ada dipikiranku hanya terfokus untuk membaca buku “Kamera Lubang Jarum”-nya Ray Bachtiar.
***
Sabtu pagi ini Aku begitu bersemangat menjalani hari. Tentunya karena Aku akan jalan ke Jakarta dan menemui seorang fotografer profesional yang tadi malam baru saja Aku baca bukunya. Bangun tidur pun Aku senyam-senyum kegirangan sambil berucap “Ya ALLAH… Mimpi apa Aku ini? Hari ini bakal bertemu dengan fotografer profesional yang dimiliki Indonesia! Terima kasih ya ALLAH telah mempertemukan hari ini yang akan ku lalui. Semoga ini merupakan langkah dan jalan menuju mimpi dan cita-citaku. Amin.”. Lantas dengan penuh semangat menggebu Aku segera memanaskan motor dan menghubungi Ugie. Setelah itu Aku menyantap sarapan pagi yang sudah disiapkan oleh Ibuku tersayang.
Sampailah Aku dan Ugie di stasiun Bogor tepat jam 06.00 wib.
“Wuih, suasananya pagi ini seger banget ya gie! Semoga pertanda baik untuk hari ini! =)”
“Iyah, mes! Eh, si ka Rido mana? Kok belum muncul batang idungnya? Kita udah dateng pagi-pagi begini?”
“Gw sms dah neh orang! Tunggu aje dah! Mening kita nyari tempat duduk gie deket loket! Hehe”.
Aku pun langsung menghubungi ka Rido.
“Buseeeeett… smsnya cakep bener gie… gesblek! Masa doski masih di rumah! Gelo-gelo! Kita datang kepagian!”
“Widihhhh… kita nungguin noh orang ampe kapan? Gelo, katanya jangan ngaret, tapi diye yang ngaret! Uwhhh..!”.
Setelah menunggu hampir setengah jam kemudian muncullah batang hidungnya dan kami pun segera membeli tiket dan berangkat. Pagi ini benar-benar sumringah hatiku. Di dalam kereta yang sepi dan lowong sesekali kami berbincang. Tak terasa sampai sudah di stasiun Manggarai tepat pukul 09.00 wib.
“Eh, kita jalan ajah ya ke rumah kang Raynya!? Deket kok!” Ujar ka Rido.
“Owh, yaudah… hayo ajah! Yg penting ramean jalannya! Hehe” Balasku.
Dalam hati pun berkata “Ya ALLAH, beberapa langkah lagi Aku bakal bertemu dengan sang fotografer dan ke rumahnya pula! Hihihi. “. Sepanjang jalan pun kami kadang bercanda dan bercengkrama saling mengakrabkan diri dengan senior. Itung-itung sekalian berolahraga di pagi yang menjelang siang ini. Akhirnya sampai juga di kediaman Ray Bachtiar fotografer profesional yang baru saja tadi malam Aku baca bukunya. Hati ini terasa berdebar-debar, seperti akan bertemu pujaan hati saja.
Rumah sederhana dengan perpaduan warna kuning kecoklatan seperti rumah jaman dahulu yang berlokasi di jalan Pariaman. Masuk ke lantai dua, suasana sudah terasa aroma rumah seorang seniman. Pikiranku pun mulai berkeliaran mencari mana diantara orang-orang itu yang bernama Ray Bachtiar. Kami masuk ke ruangan yang sedikit gelap, seperti berada diperpustakaan tua. Ada tumpukan buku-buku, koleski rokok jaman dulu, koleksi hasil foto Kamera Lubang Jarum yang sudah tertata di dinding, dan satu lagi yang paling menarik perhatianku Kamera kuno jaman dulu yang bentuknya besar seperti yang ada di film-film kartun.
Tak lama kemudian, datang lagi sekelompok anak muda seperti kami dan setelah itu kami pun dikumpulkan di ruangan tersebut. Dalam hatiku berkata sambil berpikir “Kok, ada kamera ya? Terus kok itu ada …… yg jadi pembawa acara acara di O Channel?”. Workhshop KLJ pun dimulai dan Itu dia orang yang bernama Ray Bachtiar. Tak terasa kami pun mengikuti workhshop dan sepertinya kami sedang diliput. Gumamku dalam hati“Assiik dah masuk tipi! Hahay! Udah dapet ilmu baru! Ketemu sang fotografer profesional! Temen baru! Eh, masuk tipi lagi! Subhanallah! Hahaha”.
Aku baru sadar, ternyata kami diajak syuting buat diliput sama O Channel. Setelah selesai syuting pun kami dikasih jamuan makan siang di rumah kang Ray. Jamuan makan siang gratis, dapat ilmu gratis langsung ketemu pakar KLJ-nya, seperti sebuah mimpi tapi ini kenyataan. Jadi teringat ketika SMA, Aku pernah menulis di secarik kertas tentang list mimpi-mimpiku dan sempat pernah temanku menertawakan kertas mimpiku. Salah satu list di kertas mimpiku adalah mempelajari dan mendalami dunia fotografi, serta memiliki kamera DSLR.
Sebuah keajaiban mimpi!! ALLAH telah menunjukkan kepadaku jalan atas semua mimpi dan do’aku. Memang awalnya Aku sempat sedikit merasa minder karena masuk D3 bukan S1, ternyata ALLAH punya rencana lain yang begitu indah di balik semua itu. Begitu banyak pengalaman, pengetahuan yang bisaku dapat dari kejadian ini. “Oia, Aku tinggal menunggu tayangnya acara… di O Chanel dan gosip di kampus ajah! Hahahaa.. Jangan pernah takut bermimpi kawan!”.
Bogor, 16 September 2010

2 komentar:

Anonim mengatakan...

salam kenal gw nak pakuan visit my blog http://tutorhack.wordpress.com
:)

Anonim mengatakan...

kok gak ikut Pencinta Alam ..hahah Kapok ya..! Giriwana Jaya !!!