Halaman

Rabu, Oktober 06, 2010

Cerpen Pribadi


SENTILAN TUHAN!
*Riska Hasnawaty*
Aku dilahirkan dan dibesarkan dengan keluarga yang ekonominya berkecukupan. Semua yang Aku mau pasti ada. Seolah dengan hidupku yang seperti ini, Aku menjadi anak yang manja. Ya, mungkin kelihatannya Aku ini seperti anak yang mandiri bila kalian dengar cerita-ceritaku atau aktifitasku sehari-hari. Kenyaataanya dibalik kemandirianku, Aku anak yang manja. Kebiasaanku dari kecil adalah gemar menabung. Aku gemar menabung karena sering sekali dikasih uang jajan lebih dari orang tua. Sikap manjaku di sini setiap kali menginginkan sesuatu harus ada dan terwujud. Itulah Aku si Manja. Kebetulan juga Aku anak terakhir dari dua bersaudara. Hmm.. pas dengan label manja buatku.
            Hari libur kuliah saatnya di rumah dan bermalas-malasan. Tetapi, Ibuku mengajak pergi berbelanja ke Mall. Namun, ada perasaan kurang enak yang terpendam di dalam hati. Entah perasaan apa itu, akhirnya Aku pun bersiap-siap dan berangkat. Kali ini Aku tak membawa motor, namun naik kendaraan umum yaitu angkot. Ibuku berkata “Dek, gak usah bawa motor deh. Naek angkot ajah!”. “Yasudahlah… “ Pikirku. Lagipula memang saat itu rasanya kondisi tubuh sedang capek, lagipula juga sama Ibu ini berangkatnya.
            Sesampainya di Mall, asiknya belanja. Sudah lama juga tidak belanja bersama Ibu. Sudah lama juga tidak membeli perkakas kecantikan. Selama berjam-jam di Mall tak terasa waktu sudah petang, belanjaan pun banyak dan kaki pun mulai pegal-pegal akibat hilir mudik di Mall. Lalu akhirnya aku dan ibu pun pulang ke rumah. Semua kejadian begitu singkat, hati pun tak karuan. Padahal keadaan angkot saat itu seperti kondusif. Aku menitipkan dompet yang berisi beberapa duit tabunganku di tas Ibu. Aku duduk berseberangan dengan Ibu dan di samping Ibu ada seorang perempuan setengah baya dengan tubuh gemuk dan matanya sipit.
            Sesampainya di rumah…
“ Bu, dompetku mana?” Sambil membuka tas Ibu.
“Ada di tas hitam tadi.” Suara Ibu terdengar dari kamar mandi.
“Kok gak ada ya Bu… udah aku cari” Sambil berharap-harap cemas.
“Eh, masa gak ada sih? Tadi ibu taruh sana. Bentar coba!” Masih terdengar suara Ibu dari kamar mandi.
“Waduuuuww, masa gak ada sih!? Huaaaaa… itu kan dompet kesayanganku. Dompet keramat yang sejak SMP belum saya ganti juga! Huaaaa…. “ Sambil berharap cemas dan ngedumel.
Ibu pun keluar dari kamar mandi dan menghampiriku yang sedang kesal.
“Iiiiihh, gak ada Bu… udah aku oprek-oprek.”
“Ih, de… masa gak ada? Dompet Ibu ajah ada. Semua Ibu taro sana!” Ibu pun ikut membongkar tasnya.
“Kalo ada juga dari tadi Aku gak bakal nyari-nyari dan nanya ke Ibu… Huuuufffttt” sambil menahan emosi karena resah.
            Aku pun sedikit kesal, tetapi mau marah sama siapa. Menahan emosi karena dompet hilang. Ini adalah pengalaman pertamaku kehilangan dompet selama seumur hidup. Mungkin, ini cerita klasik. Aku benar-benar kalang kabut saat itu. Ceroboh dan bodohnya Aku menyimpan duit sebesar lima ratus ribu rupiah untuk membeli flash baru. Kakakku pun ikut-ikutan menyambar dengan kejadian ini.
“Cari dulu dong yang bener! Jangan marah-marah dulu!!” Sambar kakakku dengan nada emosi.
“Ih, ini juga udah gw cari!!” Balasku sambil marah.
“Emang di dompet ada duitnya gak?”
“Ada!”
“Berapa?”
“Lima ratus ribu rupiah!”
“Ih… sumpah… bego banget sih gue punya adek! Ngapain juga lagian lu bawa duit gede-gede! Bukannya di simpen ajah kek di Bank!” Samber kakakku dengan nada semakin emosi.
“Yeee… tadinya tuh duit mau gw beliin barang tau! Makanya gw bawa!!” Akupun semakin kesal.
            Lalu Ibu melerai supaya tidak perang mulut.
“Udah… sekarang di dompet isinya apa aja? Yang penting kan isinya!” Ujar Ibu.
“Ya… ada ATM Mandiri dan BNI, KTM, KTP, STNK, SIM, sama member HK buat cetak foto bu..” Balasku dengan emosi yang sedikit reda namun masih resah.
“Yaudah, coba yang ATM cari buku tabungannya buat di blokir!” Aku pun mencari-cari buku tabungan.
            Kamarku yang berantakan mendukung suasanaku yang lagi kesal juga. Ditambah lagi temanku sibuk menghubungiku dan meminta segera membalas smsnya. Tambahlah Aku menjadi kesal, langsung saja Aku telepon temenku.
“Halo… yan! Sori kayanya gw gak bisa! Lu ajah deh yang menghadiri rapat gila itu!!”
“Lah! Mang kenapa lu?”
“Gw lagi kena musibah nih! Dompet gw ilang tadi di jalan!”
“Lah, emang lu gak bawa motor?”
“Kaga! Yaudah ya… ntar kasih tau gw ajah apa hasil rapatnya! Okeh! Gw lagi ripuh nih!
“Yowes, sabar ya! Yaudah gw ajah yang datang rapat.”
“Tenkyu ya..!” Aku pun menutup gagang telepon dengan tergesa-gesa.
            Selepas menelpon temanku, kembali lagi Aku mencari buku tabungan itu. Seisi kamar mulai dari meja belajar sampai lemari Aku keluarkan isinya. Aku mencari buku tabungan dengan sikap menahan emosi jiwa yang mengelilingi dan ditambah lagi Kakakku berkoar-koar.
“ Lu nyari yang bener! Jangan pake ngamuk-ngamuk!”
“Ih, bawel banget sih lu!!! Ini juga gw lagi nyari tau!!!!!”
“Yee… elu di kasih tau malah ngejawab! Ini tuh pelajaran buat lu tau!! Supaya lu sedikit punya rasa peduli sama barang-barang yang lu punya!!! Jangan cuek!!! Ini pelajaran berharga buat hidup lu!!! Bego!!”
“HHHHeeeeeemmmmmm….sabar…sabar… pastiiii ketemu…”Aku pun menggarang sambil mencari buku tabungan.
            Seketika kakakku berkata seperti itu, langsung Aku keringat dingin dan menahan emosi semakin dalam. “Hemmm… Ya ALLAH.. Sabar….sabar!! Kalau pun itu dompet ilang, semua pasti kembali padaMU. Memang sih akhir-akhir ini Aku sudah mulai jarang bersedekah. Karena kesibukan. Aduh… bodohnya diriku!” . Aku pun berucap dalam hati. Ucapan kakakku seperti petir yang menyambar langsung memasuki relung hati, jiwa, dan pikiranku.
Ibuku pun menenangkan diriku dengan berkata
“ Yaudah, di cari dulu yang bener. Keselip kali. Berarti ini pelajaran juga buat kamu.”.
“Heuh.. Bu…” sambil sibuk mencari buku tabungan dengan kondisi kamar yang semakin berantakan.
“Iah, sih dek.. tadi kayanya ibu-ibu yang duduk di samping ibu. riweuh tangannya senggal-senggol gituh. Tapi ibu juga ngerasa, tapi gak taunya itu ibu-ibu nyopet.”
“Kayanya sih emang tuh ibu-ibu. gelagatnya ajah tadi ripuh gitu. Terus turunnya bareng kita bu. Siapa lagi coba! Depan supir”
“Yaudah, mungkin lagi butuh  dan kepepet kali itu copet. Sukur-sukur duitnya dimanfaatin dengan baik sama si copet. Udah ikhlasin ajah. Duit mah bisa dicari, yang penting kartu-kartu dan surat-surat yang ada di dalam dompetnya.”
            Akhirnya ketemu juga buku tabungannya. Ucapku “Alhamdulillah ya ALLAH… hatiku pun sedikit lega!”. Langsung saja ku telepon nomor Bank tersebut. Yah, mungkin karena sudah malam jadi tak ada yang mengangkat telepon itu. Hati ini pun masih resah, gundah gulana, dan sedikit kesal. Aku pun mecoba berpikir jernih kembali. Seketika itu pula aku teringat ucapan seorang teman yang masih terngiang-ngiang di otakku “Kita tidak akan pernah kehilangan apa-apa, karena kita memang tidak memiliki apa-apa...”. Aku pun langsung berpikir kembali. “Hemmm.. memang Aku harus ikhlas dengan yang terjadi hari ini, betul juga kata Ibuku : mungkin, orang itu lagi butuh. Ya ALLAH, maafkan diriku yang penuh dosa dan sempat melupakan kewajibanMU untuk membagi sebagian harta yang kita miliki. Terima kasih juga untuk hari ini yang memberi sentilan dalam hidup agar Aku tidak menjadi orang yang serakah!”.
            Emosiku pun mulai reda, seketika itu. Aku sudah dewasa, percuma juga menyelesaikan masalah dengan marah-marah, toh itu uang dan dompet gak akan balik juga. Aku pun tersadar lagi, aku hidup di dunia ini cuma menumpang jadi jika kehilangan sesuatu itu pasti akan kembali pada-NYA. Karena semua yang ada di dunia ini mulai dari orang kesayangan, kekayayaan dan harta semua adalah milik ALLAH SWT.  Akhirnya aku merasakan juga yang namanya kunci dari keikhlasan hidup, hidup berasa lebih tenang ketika kita merasakan ikhlas itu.
            Keesokan harinya Aku pun menceritakan kejadian ini kepada teman-temanku dengan begitu menggebu-gebu. Padahal sih, cuma cerita sepele saja kehilangan dompet dan uang namun memberi efek psikologi yang besar bagiku. Teman-teman yang kuceritakan juga antusias mendengarnya sampai temanku yang bernama Putra bilang
“ Tenang, pasti bakalan balik deh. Tapi dompetnya doang, duitnya mah kaga! Hahah. Untung aja lu kaga ilangnya pas lagi ujian! Haha..” Balasku “Amin.. semoga ya tra… huuufffttt…. Doakan saja ya! Hehe . Sebenernya gue masih gak ikhlas, ya.. tapi harus ikhlas… Astagfirullah…”.  Sesampainya di rumah Aku pun terdiam di kamar sambil mengingat ucapan temanku Putra.
            Aku harus mengembalikan perekonomian diri yang sedang bobrok nih!! Ucapku dengan semangat. Ternyata mencari uang itu cukup sulit ya! Betapa beruntungnya diriku, masih tinggal dengan orang tua di rumah, tidak perlu repot mengurus diri sendiri. Bersyukur sangat diriku telah memiliki orang tua yang baik dengan ekonomi yang cukup. Padahal disekitarku masih banyak yang lebih membutuhkan dariku. Yah, aku ikhlaskan saja duitnya melayang tetapi Aku harap dompet dan isi kartu-kartu penting kembali. Amin.
***
            Pagi ini aku bersama teman-teman dekatku pergi ke kampus UI untuk mengikuti seminar tentang fotografi. Sudah seminggu dompetku hilang dan duitku melayang, jadi harus menghemat pengeluaran. Tiba-tiba sesampainya di kampus UI dering bunyi sms dari handphone-ku.
“Maaf ni dengan Riska Hasnawaty? Saya Rudi, bisa ke daerah indraprasta sekarang? Saya menemukan dompet dengan identitas nama Riska.”
Aku pun langsung terkejut bahagia dan berteriak kepada teman-temanku.
“Temaaaann… ada orang yg menemukan dompetku!! Ya ALLAH… Alhamdulillah!!”
“Langsung telepon ajah atuh nomernya mes!” Ujar Firman.
Lalu Aku pun langsung menelpon nomor yang sms ke handphone-ku dan ditemani oleh Firman.
            Selepas acara seminar, Aku pun langsung salat Ashar dan berdo’a “Ya ALLAH, terima kasih atas semua kejadian yang menimpaku. Engkau masih peduli pada hamba-Mu yang sempat melupakan-Mu. Alhamdulillah, ada orang yang mengembalikan dompetku akhirnya. Aku malu pada-Mu Ya ALLAH. Ampunilah segala dosaku, semoga orang yang menemukan dompetku mendapatkan imbalan dari Mu. Amin”. Begitu khusuknya Aku berdoa. Sungguh Aku berterimakasih karena ALLAH ternyata masih peduli denganku. Saat itu yang ada dipikiranku hanya ada rasa bersyukur dan terima kasih. Tak hentinya Aku berucap “Alhamdulillah.. wasyukurilaah..”.
            Sentilan yang begitu berharga dalam hidupku. Tak pernah terpikirkan sebelumnya olehku, andai saja kejadian ini tak pernah terjadi mungkin Aku sekarang masih menjadi orang yang manja dan tidak peduli. Tetapi kini, Aku mencoba merubah sikap buruk itu. Aku mencoba menjadi orang yang hemat dan menggunakan uang sesuai kebutuhan. Selain itu, jika memliki rezeki lebih, saling berbagilah dengan sesama yang lebih membutuhkan. Menurut ayat Al-Qur’an sebagian harta kita adalah bagian mereka yang fakir dan semua akan kembali kepada-nya. Akhirnya akupun langsung menemui orang yang menemukan dompetku, walau duitnya tak ada tetapi yang penting surat-surat, kartu-kartu sudah ada di tangan.
           
           


Tidak ada komentar: